Well, saya tutup 2014 dengan sebuah proyek pembuatan buku tahunan salah satu SMA di Banyumas. Tentu saja saya menjadi seorang juru foto.
Berawal dari perkenalan singkat, berlanjut ke pelaminan pekerjaan. Saya berkenalan pertama kali dengan Mas Ir saat saya diminta seorang kenalan yang juga teman Mas Ir untuk menjadi saksi pembuatan akte anaknya yang baru lahir. Kami bertiga berbincang dari topik yang tidak jauh-jauh dari dunia fotografi. Pada akhir perjumpaan singkat kami, Mas Ir berkata bahwa suatu saat mungkin dia akan mengajak saya dalam pekerjaannya.
Dua bulan kemudian, Mas Ir meminta portofolio foto saya untuk dikirim melalui whatsapp. Dia tertarik dengan salah satu foto saya dan cukup yakin dengan kemampuan saya. Beberapa hari berselang, dia mengajak saya untuk bertemu dan bernegoisasi tentang sop buah lapangan karangwangkal (standar operational procedure) dan upah yang akan saya terima.
Ini merupakan tantangan bagi saya dan Mas Ir, saya baru pertama kali memotret buku tahunan dan saya beranikan diri untuk langsing mengambil seluruh kelas, serta proyek ini merupakan proyek perdana Mas Ir untuk melebarkan sayap bisnisnya. Sehingga foto yang dihasilkan dan hasil cetak harus semaksimal mungkin karena akan menjadi portofolio kami di kemudian hari.
|
Portofolio - Dimana burungku? |
Saya menyelesaikan tugas ini selama kurang lebih dua minggu, untuk memotret sembilan kelas dan terdapat dua kali sesi pengulangan. Pengulangan bukan karena anak-anak tidak suka hasil foto mereka namun karena saya yang merasa kurang sreg. Bukan karena masalah teknis fotografi, namun karena konsep mereka tidak matang dan mirip dengan kelas lain. Kami rela mengulang sesi pemotretan demi masa depan yang lebih cerah hasil yang lebih baik.
Selama dua minggu tersebut saya banyak belajar, mengulang materi segitiga eksposur dan lighting yang pernah diajarkan di Ecolens. Seperti ilmu pada umumnya, belum terasa berguna ketika belum dipraktikan. Terbukti ketika dua minggu saya memotret klien, materi yang diajarkan sangat sangat berguna untuk menghadapi konsep mereka yang beragam. Sehingga saya merasa tidak kagok dan bingung ketika dihadapkan pada konsep foto pada malam hari di kebun yang notabene minim cahaya dan jauh dari sumber cahaya.
Berikut tips dalam memotret buku tahunan (atau foto konsep (prewedding, model, etc.)
Pahami segitiga eksposur
Speed, iso, diafragma menjadi hal dasar dalam memotret yang harus dipahami diluar kepala. Cara menggunakan, pengaruh, serta cara mengganti ketiga hal tersebut harus dikuasai dengan baik oleh fotografer manapun. Jangan sampai terlihat tidak menguasai di depan klien karena akan mengurangi keyakinan mereka terhadap foto yang dihasilkan.
Pahami arah cahaya
Setelah segitiga eksposur dikuasai, maka selanjutnya harus memahami arah cahaya beserta efek yang ditimbulkan. Ada lima arah cahaya yang digunakan dalam fotografi, front, top, bottom, side, rim light, dan background. Jangan sungkan untuk berimprovisasi ketika menggunakan lighting.
Pahami Peralatan Tambahan
Tidak lupa, pemahaman alat juga sangat diperlukan. Penggunaan flash, triger, receiver, kabel sync, soft box, dan reflektor harus dipahami oleh fotografer. Lokasi yang jauh dari sumber listrik dan sangat minim cahaya tidak akan menjadi masalah yang berarti bila fotografer sudah paham mengenai penggunaan peralatan tambahan tersebut.
Konsep matang
Ini juga merupakan hal yang krusial dalam memotret buku tahunan. Sebelum hari H take foto, fotografer dan klien harus sudah sama-sama paham konsep yang digunakan dan sudah satu pikiran. Selain itu, properti pendukun dan lighting yang akan digunakan juga sudah disiapkan sehingga pada hari pemotretan hasil foto memuaskan fotografer dan klien. Sebagai klien, tidak boleh merasa sungkan untuk berkonsultasi tema dengan tim kreatif dan fotografer. Konsep tidak matang dan komunikasi antara klien dan fotografer berakibat pengulangan sesi pemotretan alias foto mindogaweni alias dua kali kerja.
Nikmati Pekerjaan
Satu hal yang tidak kalah penting adalah menikmati pekerjaan. Cuaca panas, permintaan klien yang bermacam-macam, lapar dan haus, menjadi sumber masalah mood seorang fotografer. Cara mensiasatinya adalah dengan menikmati pekerjaan hari itu dan disambi dengan kegiatan lain seperti hunting stok foto atau berkenalan dengan dedek-dedek lucu berseragam putih abu-abu.
|
Hunting di sela pekerjaan |
NB:
Hasil foto belum saya publikasikan karena materi buku tahunan menjadi rahasia selama proses cetak. Foto akan diunggah kemudian ketika proses cetak dan distribusi sudah selesai.
|
Sorry for my selfie with otong. |