Siapa sangka salah satu wanita super plus pengusaha besar ini berasal dari kota kecil di Jawa Tengah? Jika membaca judul tulisan ini pasti tahu siapa yang sedang saya bicarakan, ya, beliau adalah Ibu Martha Tilaar.

Imlek merupakan "lebaran" bagi kaum Tionghoa, tidak terkecuali Ibu Martha Tilaar. Imlek adalah hari raya paling penting yang dinanti oleh keturunan Tionghoa. Suasana Imlek sudah terasa saat bulan Januari yang lalu ketika toko-toko swalayan memasang hiasan bertema Imlek dan mulai menjual makanan khas Imlek seperti Jeruk dan Kue Keranjang. Kaum urban yang bekerja selama setahun menunggu momen ini untuk pulang kampung dan merayakan Imlek bersama kehangatan keluarga.

Beliau menyempatkan pulang ke tempat kelahirannya di Gombong, Kebumen. Gombong merupakan kota kecamatan perbatasan Banyumas dan Kebumen. Ibu Martha Tilaar pulang ke kediamannya dahulu yang ia tinggali bersama keluarga besarnya. Sepuluh tahun pertama Ibu Martha beliau habiskan di rumah tersebut sebelum pindah ke Jakarta. Rumah tempat ia pertama kali mengenal ramuan tradisional untuk perawatan tubuh, juga rumah yang menjadi tempat belajar ilmu entrepreneurship dari nenek tirinya.


Front View

Peribahasa kacang lupa akan kulitnya tidak berlaku bagi Ibu Martha. Di usia senjanya kini, Ibu Martha Tilaar ingin mengucapakan terima kasih kepada Gombong khususnya kepada tempat tinggal masa kecil beliau. Ibu Martha merestorasi rumah yang tidak layak singgah menjadi sebuah destinasi wisata inspiratif yang menarik di Kebumen.

Sampai satu tahun yang lalu, rumah tersebut sudah lama tidak terawat dan tidak lagi dihuni oleh sanak Ibu Martha, bahkan warga sekitar menyebut rumah tersebut sebagai rumah berhantu. Namun kini kondisi rumah tersebut jauh berbeda dan menjadi salah satu cagar budaya baru di Kebumen. Lantai yang cekung, cat yang mengelupas, perabotan yang entah ke mana, kini sudah kembali hampir seperti semula. Butuh waktu satu tahun untuk mengembalikan kondisi rumah tersebut ke keadaan mendekati ketika beliau dulu kecil. Ibu Martha Tilaar mengumpulkan sanak saudaranya yang menjadi pewaris rumah tersebut dan mengutarakan niatnya. Akhirnya mereka setuju untuk menjual rumah tersebut ke Ibu Martha, bahkan sanak saudara beliau dengan senang hati mengumpulkan perabotan asli rumah tersebut yang tadinya tersimpan di gudang masing-masing.


Childern' bedroom
Rumah tersebut kini diberi nama Rumah Martha Tilaar. Beliau ingin menjadikan rumah ini sebagai tempat wisata sejarah sekaligus inspirasi bagi warga Kebumen dan sekitarnya. Beliau ingin menunjukkan bahwa siapa saja, dengan latar belakang apa saja bisa menjadi seseorang yang sukses dan bermanfaat bagi banyak orang.

Jangan khawatir ketika mengunjungi rumah ini, pemandu akan siap sedia mengantar berkeliling dan menjelaskan awal mula keluarga Ibu Martha serta seluk beluk rumah tersebut dan bagaimana perjuangan Ibu Martha Tilaar yang hanya gadis kampung tanpa kecerdasan akademik spesial hingga kini menjadi pengusaha sukses di Indonesia.


Silsilah Keluarga

Beberapa hari setelah perayaan Imlek, Ibu Martha Tilaar pulang kampung ke Gombong dan mengadakan jamuan Imlek di rumah tersebut. Sebelum acara utama dimulai, Ibu Martha Tilaar mengundang mahasiswa yang hadir pada sore itu ke satu ruangan khusus dan memberikan wejangan tentang kehidupan. Beliau berpesan bahwa mahasiswa adalah generasi yang diharapkan oleh Indonesia. Ibu Martha juga berpesan bahwa semua orang bisa mencapai sukses dengan mengingat dan melakukan DJITU. DJITU adalah singkatan dari Disiplin, Jujur, Inovatif, Tekun dan Ulet. Beliau memegang teguh motto tersebut hingga menjadikannya sebagai brand value dari Martha Tilaar Group.

Ibu Martha juga menyampaikan sejarah dari rumah tersebut. Beliau bertutur bahwa rumah tersebut dulunya adalah peternakan sapi dan pabrik roti. Beliau juga bercerita bahwa rumah tersebut dijadikan sebaagai tempat bersembunyi tentara Indonesia yang terluka oleh senapan Belanda sebelum diberangkatkan ke Yogyakarta untuk mendapatkan perawatan medis.

Ibu Martha Tilaar
Undangan yang hadir saat itu adalah pengusaha di sekitar Kebumen dan juga sanak saudara beliau. Mereka hadir sebagai bentuk dukungan atas dibukanya Rumah Martha Tilaar. Ibu Martha memberikan kenang-kenangan berupa kaligrafi hanzi yang berisi doa dan harapan satu tahun mendatang.

Souvenir

Malam itu Ibu Martha berpesan bahwa kini rumah tersebut adalah milik Gombong, sehingga beliau meminta dukungan dari berbagai pihak untuk merawat dalam bentuk mengisi bermacam kegiatan agar rumah tersebut terus bermanfaat. Acara malam itu ditutup dengan makan bersama dan pelepasan lampion di halaman Rumah Martha Tilaar.


Ibu Martha Tilaar, bersama suaminya, Alex Tilaar, dan Putrinya,Wulan
Mengunjungi Rumah Martha Tilaar menjadi salah satu pengalaman yang sangat menarik bagi saya. Selain dibawa ke masa lampau oleh cerita yang ada di rumah tersebut, Rumah Martha Tilaar juga mendorong saya agar menjadi seseorang yang sukses dalam kehidupan. 
0 comments
Well, saya tutup 2014 dengan sebuah proyek pembuatan buku tahunan salah satu SMA di Banyumas. Tentu saja saya menjadi seorang juru foto.

Berawal dari perkenalan singkat, berlanjut ke pelaminan pekerjaan. Saya berkenalan pertama kali dengan Mas Ir saat saya diminta seorang kenalan yang juga teman Mas Ir untuk menjadi saksi pembuatan akte anaknya yang baru lahir. Kami bertiga berbincang dari topik yang tidak jauh-jauh dari dunia fotografi. Pada akhir perjumpaan singkat kami, Mas Ir berkata bahwa suatu saat mungkin dia akan mengajak saya dalam pekerjaannya.

Dua bulan kemudian, Mas Ir meminta portofolio foto saya untuk dikirim melalui whatsapp. Dia tertarik dengan salah satu foto saya dan cukup yakin dengan kemampuan saya. Beberapa hari berselang, dia mengajak saya untuk bertemu dan bernegoisasi tentang sop buah lapangan karangwangkal (standar operational procedure) dan upah yang akan saya terima.
Ini merupakan tantangan bagi saya dan Mas Ir, saya baru pertama kali memotret buku tahunan dan saya beranikan diri untuk langsing mengambil seluruh kelas, serta proyek ini merupakan proyek perdana Mas Ir untuk melebarkan sayap bisnisnya. Sehingga foto yang dihasilkan dan hasil cetak harus semaksimal mungkin karena akan menjadi portofolio kami di kemudian hari.

Portofolio - Dimana burungku?

Saya menyelesaikan tugas ini selama kurang lebih dua minggu, untuk memotret sembilan kelas dan terdapat dua kali sesi pengulangan. Pengulangan bukan karena anak-anak tidak suka hasil foto mereka namun karena saya yang merasa kurang sreg. Bukan karena masalah teknis fotografi, namun karena konsep mereka tidak matang dan mirip dengan kelas lain. Kami rela mengulang sesi pemotretan demi masa depan yang lebih cerah hasil yang lebih baik.

Selama dua minggu tersebut saya banyak belajar, mengulang materi segitiga eksposur dan lighting yang pernah diajarkan di Ecolens. Seperti ilmu pada umumnya, belum terasa berguna ketika belum dipraktikan. Terbukti ketika dua minggu saya memotret klien, materi yang diajarkan sangat sangat berguna untuk menghadapi konsep mereka yang beragam. Sehingga saya merasa tidak kagok dan bingung ketika dihadapkan pada konsep foto pada malam hari di kebun yang notabene minim cahaya dan jauh dari sumber cahaya.

Berikut tips dalam memotret buku tahunan (atau foto konsep (prewedding, model, etc.)

Pahami segitiga eksposur

Speed, iso, diafragma menjadi hal dasar dalam memotret yang harus dipahami diluar kepala. Cara menggunakan, pengaruh, serta cara mengganti ketiga hal tersebut harus dikuasai dengan baik oleh fotografer manapun. Jangan sampai terlihat tidak menguasai di depan klien karena akan mengurangi keyakinan mereka terhadap foto yang dihasilkan.

Pahami arah cahaya

Setelah segitiga eksposur dikuasai, maka selanjutnya harus memahami arah cahaya beserta efek yang ditimbulkan. Ada lima arah cahaya yang digunakan dalam fotografi, front, top, bottom, side, rim light, dan background. Jangan sungkan untuk berimprovisasi ketika menggunakan lighting.

Pahami Peralatan Tambahan 

Tidak lupa, pemahaman alat juga sangat diperlukan. Penggunaan flash, triger, receiver, kabel sync, soft box, dan reflektor harus dipahami oleh fotografer. Lokasi yang jauh dari sumber listrik dan sangat minim cahaya tidak akan menjadi masalah yang berarti bila fotografer sudah paham mengenai penggunaan peralatan tambahan tersebut.

Konsep matang

Ini juga merupakan hal yang krusial dalam memotret buku tahunan. Sebelum hari H take foto, fotografer dan klien harus sudah sama-sama paham konsep yang digunakan dan sudah satu pikiran. Selain itu, properti pendukun dan lighting yang akan digunakan juga sudah disiapkan sehingga pada hari pemotretan hasil foto memuaskan fotografer dan klien. Sebagai klien, tidak boleh merasa sungkan untuk berkonsultasi tema dengan tim kreatif dan fotografer. Konsep tidak matang dan komunikasi antara klien dan fotografer berakibat pengulangan sesi pemotretan alias foto mindogaweni alias dua kali kerja.

Nikmati Pekerjaan

Satu hal yang tidak kalah penting adalah menikmati pekerjaan. Cuaca panas, permintaan klien yang bermacam-macam, lapar dan haus, menjadi sumber masalah mood seorang fotografer. Cara mensiasatinya adalah dengan menikmati pekerjaan hari itu dan disambi dengan kegiatan lain seperti hunting stok foto atau berkenalan dengan dedek-dedek lucu berseragam putih abu-abu.

Hunting di sela pekerjaan


NB:
Hasil foto belum saya publikasikan karena materi buku tahunan menjadi rahasia selama proses cetak. Foto akan diunggah kemudian ketika proses cetak dan distribusi sudah selesai.


Sorry for my selfie with otong.
0 comments
Lari yang dahulu hanya sekadar olahraga sederhana kini berkembang lebih jauh menjadi gaya hidup baru berbagai macam kalangan. Perlengkapan lari pun kini ikut bertambah seiring dengan pergeseran tujuan lari yang pada awalnya untuk menjaga kesehatan menjadi menjaga kesehatan plus ajang eksistensi.

Belakangan muncul jenis baru dari olahraga lari yaitu Color Run. Color Run pertama kali diadakan di Amerika Serikat pada Maret 2011 sebagai perlombaan lari tanpa batasan waktu yang mempromosikan kesehatan dan kebahagiaan secara bersamaan. Dengan slogan "The Happiest 5K on the Planet" atau lima kilometer paling bahagia di bumi menjadikan Color run sebagai ajang yang dinanti pelari amatir maupun profesional yang menginginkan gaya hidup sehat dibarengi dengan rasa senang.


happy face
Sabtu lalu, 800 orang terlibat dalam acara Color Run yang diselenggarakan oleh BEM Unsoed dengan tajuk "Run for Charity" sebagai rangkaian dari Pekan Raya Unsoed. Titik start dimulai dari depan gedung pusat administrasi dan berakhir di GOR Soesilo Soedarman dengan rute Jl. Prof. Dr. HR. Boenyamin - Jl. Prof. Soeharso - Jl. Dr. Soeparno.

Tujuan utama acara ini adalah sebagai ajang menghimpun dana amal, yang kemudian akan disalurkan kepada pihak yang berhak. Kebahagiaan peserta diharapkan dapat ditularkan ke pihak penerima donasi, sehingga satu dari dua tujuan utama Color Run dapat tercapai.


after run party
0 comments
Beberapa hari yang lalu, saya ditantang oleh Mas Himawan untuk mengunggah foto hitam putih di akun Instagram saya (@gilangprahars). Tantangan dimulai ketika seseorang menandai temannya dalam foto hitam putih yang diunggah kemudian dibubuhi tagar #BWchallenge.

Kadang-kadang orang bertanya, mengapa foto hitam putih di zaman modern seperti ini? Ada beberapa alasan yang dapat menjawab pertanyaan tersebut yang saya sarikan dari beberapa laman di internet. Pertama, foto hitam putih merupakan foto yang fleksibel karena dapat diaplikasikan ke berbagai jenis foto seperti potrait, landscape, dan arsitektur. Kedua, beberapa orang menganggap bahwa warna pada foto dapat mengalihkan fokus utama penikmat foto dari subyek yang ingin ditonjolkan oleh fotografer, sehingga foto hitam putih dapat meniadakan gangguan tersebut. Ketiga, foto hitam putih dapat memunculkan tone yang membentuk mood foto yang berbeda. Keempat, foto berwarna hanya akan terlihat indah apabila warna yang ditampilkan memang benar-benar indah.

Penilaian keindahan foto  kembali lagi ke diri penikmat foto berdasarkan referensi dan rasa yang ia miliki, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada akhirnya fotografi menjadi hal yang sangat subyktif.

(1/5)

(2/5)


(3/5)

(4/5)

(5/5)

Keterangan:
Foto (1/5) diambil menggunakan kamera telepon genggam di sela-sela periode magang saya di KPP Pratama Purwokerto. Foto (2/5) sudah pernah diunggah di posting sebelumnya, foto penjual kacang dalam acara grebeg sura di Kecamatan Baturraden. Foto (3/5) file foto tahun 2011 ketika pertama kali merasakan pengalaman memotret menggunakan kamera lubang jarum. Foto (4/5) alat pencukur yang saya dapatkan dari kakek. Foto (5/5) Senja setelah hujan reda di salah satu sudut kota Purwokerto.

0 comments
Bulan sura menjadi bulan besar bagi masyarakat jawa karena bulan ini merupakan bulan pertama dalam kalender jawa. Satu sura adalah hari dimana sebagian besar masyarakat jawa melakukan berbagai kegiatan guna menunjukkan rasa syukur mereka atas rezeki satu tahu kemarin dan seraya menjadi hari dimana doa-doa dipanjatkan agar satu tahun ke depan Tuhan memberikan rezeki yang jauh lebih baik.

Masyarakat dari kaki gunung hingga bibir pantai memiliki tradisi dengan ciri khas masing-masing, namun memiliki intisari yang sama. Selain sebagai bentuk rasa syukur dan doa, acara-acara yang dilangsungkan juga sebagai bentuk pelestarian budaya leluhur. Berbentuk pesta rakyat, rangkaian acara grebeg sura selalu menjadi acara yang dinanti setiap tahunnya.

Ki Titut sang Pemimpin Barisan

Barisan puteri mengiringi sesaji yang akan dilarung


Prajurit

Permainan Adu Tangkas Berhadiah Telepon Genggam


Camilan Wajib Menonton Wayang

Show Time
P.S.
Jawa di tulisan ini merujuk pada Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur
0 comments


Nama Widarapayung memang tidak popular di Tanah Air namun siapa sangka pantai ini memiliki banyak pesona yang memukau. Tidak berlebihan, karena memang Pantai Widarapayung selain punyai keindahan Matahari terbenam juga beragam atraksi untuk dinikmati wisatawan.
Pantai Widarapayung berlokasi 35 km ke arah timur dari Kota Cilacap, tepatnya di Desa Widarapayung, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap. Tidak sulit untuk mencapainya karena dapat diakses menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Sarana dan prasarananya juga cukup baik.
Anda bisa menempuh pantai ini menggunakan kereta api dilanjutkan dengan menggunakan angkutan pedesaan menuju Pantai Widarapayung. Apabila anda menuju pantai ini menggunakan bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) dari Jakarta maka turun di Terminal Purwokerto dilanjutkan dengan bus ukuran sedang tujuan Kroya. Apabila Anda dari arah Yogyakarta maka anda disarankan turun di perempatan Buntu kemudian disambung bus ke arah Kroya.
Bicara fasilitas, Pantai Widarapayung dapat memuaskan keinginan Anda berlibur di pantai. Ada banyak aktivitas yang dapat dilakukan di sana seperti berjemur, volley pantai, bermain layang-layang, dan berselancar. Tak perlu repot membawa banyak peralatan karena tersedia jasa persewaan di Pantai Widarapayung.
Berselancar di Widarapayung menjadi daya tarik utama banyak wisatawan karena memang ombak pantai ini cukup besar dan sangat baik untuk bermain selancar. Bahkan, pernah dijadikan sebagai tuan rumah sebuah Surf Contest tingkat nasional.
Lelah menghabiskan seharian bersenang-senang di pantai, berikutnya cicipi segarnya kelapa muda dan menyantap seafood yang banyak dijual di pinggir Pantai Widarapayung. Rimbunya nyiur kelapa menambah suasana alami di tempat ini. Terdapat berbagai pilihan ikan segar, udang, cumi-cumi yang dapat Anda santap dan disajikan dengan olahan sesuai dengan selera.
Liburan di Pantai Widarapayung dapat ditutup dengan menikmati indahnya bluehour selepas senja di bibir pantai. Senja mengingatkan kita untuk terus bersyukur kepada Tuhan betapa kayanya alam Indonesia yang harus kita jaga untuk dinikmati generasi kemudian.

(Dimuat di: http://indonesia.travel/id/travelers-stories-detail/all/329/widarapayung-sang-pesona-tersembunyi)
0 comments